Jangan buruk sangka Allah masih sayangkan kamu.


Ada seorang hamba Allah, dia rajin solat malam dan bermunajat serta berkhalwat dengan Al Kholiq. Setiap malam kedua-dua matanya merah kerana menangis, mengalir air yang membasahi janggutnya, dia berbisik-bisik lirih memohon beberapa permintaan dan pengharapan.
Dari waktu ke waktu, tahun ke tahun, hingga putih rambutnya tak kunjung jua permintaan oleh Allah. Permintaannya (antaranya) adalah agar segera diangkat kemiskinan yang menjadi selimut kehidupannya selama ini dan kesembuhan keluarganya yang sering sakit.
Dahulu, dia sebenarnya seorang pekerja yang selalu menyeleweng. Kehidupannya mewah hasil kerja haramnya. Kuasa Allah dia ditemukan hidayahNya. Bergetar hatinya saat hidayah itu ditiupkan kepadanya. Dia insaf dan menjadi hamba Allah yang sangat taat. Dia menyesal atas segala kesilapannya. Sejak meninggalkan kerja haram itu, penghasilannya semakin merosot. Keluarga selalu ditimpa penyakit. Namun, dia tidak putus-putus berdoa. Makin banyak cubaan atas dirinya, dia tetap yakin padaNya.
Setelah puluhan tahun dia dekat dengan Allah setiap malamnya, dia mula termakan rayuan sang syaitan. Dia mula berfikir, setelah bertahun-tahun berdoa, Allah tidak reda dengan dirinya maka dia pun berhenti berdoa.


"Wahai Allah yang menciptakan malam dan siang, yang dengan mudah menciptakan diriku yang sempurna ini, kerana engkau tidak mengabulkan permintaanku hingga saat ini, mulai besok aku tidak akan meminta dan solat lagi kepadaMu, aku akan lebih rajin berusaha agar tidak bergantung padaMU”

Dia berbaring dengan pemikiran menerawang hingga dia tidak mengetahui saat dia tertidur. Dalam tidurnya ia bermimpi, mimpi yang membuatnya semakin merasa bersalah. Seakan ia melihat suatu padang luas bermandikan cahaya yang menakjubkan, dan puluhan ribu, atau mungkin jutaan makhluk bercahaya duduk diatas betisnya sendiri dengan kepala tertunduk takut. Ketika dia mencuba mengangkat wajahnya untuk melihat kepada siapa mereka bersimpuh, tidak mampu...kepalanya dan matanya tidak mampu memandang dengan menengadah.

Dia hanya dapat melihat para makhluk yang duduk di hadapan Sesuatu.

Terdengar olehnya suara pertanyaan, "Bagaimana hambaKu si Fulan, hai MalaikatKu?" Seorang berdiri dengan tubuh gemetar kerana takut, dan bersuara dengan lirih, "Subhanaka yaa Maalikul Quddus, Engkau lebih tahu keadaan hambaMu itu. Dia mengatakan demikian :

"Wahai Allah yang menciptakan malam dan siang, yang dengan mudah menciptakan diriku yang sempurna ini, kerana engkau tidak mengabulkan permintaanku hingga saat ini, mulai besok aku tidak akan meminta dan solat lagi kepadaMu, aku akan lebih rajin berusaha agar tidak bergantung padaMU”

Tersentak dia, itu...itu kata-kataku semalam ..oh celaka, pikirnya.
Kemudian terdengar suara lagi :

"Sayang sekali, padahal Aku sangat menyukainya, sangat mencintainya, dan Aku paling suka melihat wajahnya yang terpejam menangis, bersimpuh dengan menengadahkan tangannya yang gemetar kepadaKu, dengan bisikan-bisikan permohonannya kepadaKu, dengan permintaan-permintaannya kepadaKu, sehingga tak ingin cepat-cepat Kukabulkan apa yang hendak aku berikan kepadanya agar lebih lama dan sering aku memandang wajahnya, Aku percepat cintaKu padanya dengan Aku bersihkan ia dari daging-daging haram badannya dengan sakit yang ringan. Aku sangat menyukai keikhlasan hatinya disaat Aku ambil puteranya, di saat kuberi ia cubaan tak pernah Ku dengar keluhan kesal dan menyesal di mulutnya, Aku rindu kepadanya. Rindukah ia kepadaKu, hai Malaikat-malaikatKu?"

Suasana hening, tak ada jawaban. Menyesallah dia atas peryataannya semalam, ingin ia berteriak untuk menjawab dan minta ampun tapi suara tak
terdengar, bising dalam hatinya kerananya.

"Ini aku Yaa Robbi, ini aku. Ampuni aku yaa Robbi, ma-afkan kata-kataKu !" semakin takut rasanya ketika tidak tampak mereka mendengar, mengalirlah air matanya terasa hangat di pipinya.

Astaghfirullah !! Terbangun ia, mimpii... Segeralah ia berwudhu', dan kembali bersujud dengan bertambah khusyu. Kembali ia solat dengan bertambah panjang dari biasanya, kembali ia bermunajat dan berbisik-bisik dengan Al Kholiq dan berjanji tak akan lagi ia ulangi sikapnya malam tadi selama-lamanya.

"...yaa Allah, yaa Robbi jangan Engkau ungkit-ungkit kebodohanku yang lalu, ini aku hambaMu yang tidak pintar berkata manis, datang dengan lumuran dosa dan segunung masalah dan harapan, apapun dariMu asal Engkau tidak membenciku aku rela.. Yaa Allah, aku rindu padaMu...
"